Kembali

SERIAL SIROH UMRA.ID: Perang Ahzab - Perang Urat Syaraf yang Melelahkan

Dipublikasikan pada 08 Mar 2025 17:08

UMRA.ID, Jakarta - Assalamualaikum, kali ini UMRA.ID membagikan tulisan SERIAL SIROH UMRA.ID yaitu tentang PERANG AHZAB - PERANG URAT SYARAF yang insya Allah sangat bermanfaat bagi pembaca. Dengan mempelajari bahan bacaan yang UMRA.ID bagikan ini, semoga pembaca mendapatkan manfaat yakni mempertebal pengetahuan Islam dan meningkatkan keimanan. Bagi pembaca yang belum maupun yang telah melaksanakan Umroh dan Haji dapat memetik hikmah dengan bertambahnya wawasan Islamnya. (Bagi yang ingin mengikuti tulisan bagian pertama, klik disini) https://umra.id/news/424

 

Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular berbisa yang biasa melakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat di dalam lubangnya, siap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai bin Akhthab) datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka'ab bin Asad Al-Qurazhi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal, dia sudah membuat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ untuk tidak menolong siapapun yang hendak memerangi beliau.

 

Sikap hipokrit orang-orang munafik juga mulai muncul ke permukaan.

Sebagian di antara mereka ada yang berkata, "Kemarin Muhammad berjanji kepada kami bahwa kami akan mengambil harta simpanan Kisra dan Qaishar. Namun, hari ini tak seorang pun di antara kami yang merasa aman terhadap dirinya sekalipun hanya untuk buang hajat." Seorang yang lain lagi ada yang berkata kepada sekumpulan kaumnya, "Rumah kami akan menjadi sasaran musuh. Maka izinkan kami untuk pergi dari sini dan pulang ke rumah kami. Karena rumah kami berada di luar Madinah."

 

Allah berfirman tentang mereka ini:  Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu." Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)." Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari. (Al-Ahzab: 12-13)

 

Kemudian Allah membuat suatu keputusan dari sisi-Nya yang mampu menghinakan musuh, mengacaukan semua barisan mereka, serta menceraiberaikan persatuan mereka. Di antara langkah permulaannya, seseorang dari Ghathafan yang bernama Nu' aim bin Mas'ud bin Amir Al-Asyja'i menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam. Sementara kaumku tidak mengetahui tentang keislamanku ini, Maka perintahkanlah kepadaku apa pun yang engkau kehendaki!

Beliau bersabda, "Engkau adalah orang satu-satunya. Bantulah kami menurut kesanggupanmu. Karena peperangan itu adalah tipu muslihat."

 

Seketika itu pula Nu'aim pergi menemui Bani Quraizhah, yang menjadi teman karibnya semasa Jahiliyah. Dia menemui mereka dan berkata, "Kalian sudah tahu cintaku kepada kalian, khususnya antara diriku dan kalian." Mereka menjawab, "Engkau benar."

 

Nu'aim berkata, "Orang-orang Quraisy tidak bisa disamakan dengan kalian. Negeri ini adalah negeri milik kalian. Di sini ada harta benda anak-anak dan istri-istri kalian. Kalian tidak akan sanggup meninggalkan negeri ini untuk pindah ke tempat lain. Berbeda dengan Quraisy dan Ghathafan, mereka datang ke sini untuk memerangi Muhammad dan rekan-rekannya, lalu kalian menampakkan dukungan terhadap mereka. Sementara itu, negeri, harta benda, dan wanita-wanita mereka berada di tempat lain. Jika mereka mendapatkan kesempatan, tentu kesempatan itu akan dipergunakan sebaik-baiknya. Namun, bila tidak, mereka akan kembali lagi ke negeri mereka dan meninggalkan kalian, dan Muhammad akan melampiaskan dendamnya terhadap kalian."

 

Mereka bertanya, "Lalu bagaimana sebaiknya, wahai Nu'aim?" Ia menjawab, "Kalian tidak perlu berperang bersama mereka, kecuali bila mereka memberikan jaminan kepada kalian." Mereka berkata, ""Engkau telah memberikan pendapat yang sangat tepat!"

 

Setelah itu, Nuaim menemui orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka, "Kalian sudah tahu cintaku kepada kalian dan nasihat-nasihat yang pernah kusampaikan kepada kalian." Mereka berkata, "Engkau benar.

 

Dia berkata lagi, "Rupanya orang-orang Yahudi merasa menyesal karena _telah melanggar perjanjian mereka dengan Muhammad dan rekan-rekannya. Mereka diam-diam mengirim utusan untuk menemui Muhammad bahwa mereka hendak meminta jaminan kepada kalian, namun jaminan itu akan diserahkan kepada Muhammad. Tentu saja, mereka akan berpaling dari kalian. Bila mereka meminta jaminan kepada kalian, kalian tidak perlu memberikannya kepada mereka.

 

Setelah itu, Nu'aim menemui orang-orang Ghathafan dan mengatakan hal yang sama kepada mereka. Tepat pada malam Sabtu, bulan Syawwal 5 H, orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk menemui orang-orang Yahudi agar menyampaikan pesan: "Kami tidak mungkin berlama-lama di sini. Apabila kondisi unta dan kuda kami sudah banyak yang melemah, maka bangkitlah pada saat itu bersama kami untuk menghabisi Muhammad."

 

Orang-orang Yahudi mengirim utusan kepada kaum Quraisy agar menyampaikan pesan: "Hari ini adalah hari Sabtu. Kalian sudah tahu akibat yang menimpa orang-orang sebelum kami karena mereka berperang pada hari ini. Selain itu, kami hanya mau berperang bersama kalian setelah kalian memberikan jaminan kepada kami.

 

Setelah Orang- orang Quraisy dan Ghathafan mengetahui apa yang dikatakan oleh utusan Yahudi tersebut, mereka berkata, "Demi Allah, ternyata benar apa yang dikatakan Nu'aim kepada kalian.' 

Karena itu, mereka mengirim utusan kepada orang-orang Yahudi dengan membawa pesan: "Demi Allah, kami tidak akan mengirim seorang pun kepada kalian. Bergabunglah bersama kami untuk membunuh Muhammad."

 

Bani Quraizhah berkata, "Demi Allah, ternyata benar apa yang diucapkan oleh Nu'aim kepada kalian." Dengan demikian, Nuaim mampu memperdayai kedua belah pihak dan menciptakan perpecahan di barisan musuh, sehingga semangat mereka menjadi turun drastis.

 

Sementara itu, kaum Muslimin selalu berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tutupilah kelemahan kami dan hilangkanlah kekhawatiran kami,” Rasulullah ﷺ sendiri juga berdoa untuk kehancuran pasukan sekutu. Beliau bersabda, "Ya Allah yang menurunkan Al-Kitab dan yang cepat hisab-Nya, kalahkanlah pasukan musuh. Ya Allah, kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.'

 

Allah mendengar doa Rasul-Nya dan kaum Muslimin. Setelah muncul perpecahan di barisan orang-orang musyrik dan mereka bisa diperdayai, Allah mengirimkan angin taufan kepada mereka, sehingga kemah-kemah mereka porak-poranda. Tidak ada sesuatu yang tegak melainkan pasti ambruk, tidak ada yang menancap melainkan pasti tercabut dan tak ada sesuatu pun yang bisa berdiri tegar di tempatnya. Allah juga mengirim pasukan yang terdiri dari para malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kocar-kacir. Allah menyusupkan ketakutan ke dalam hati mereka.

 

Pada malam yang dingin dan menusuk tulang itu, Rasulullah mengutus Hudzaifah bin Al-Yaman untuk menemui orang-orang Quraisy dan kembali lagi membawa kabar tentang keadaan mereka yang seperti itu. Bahkan mereka sudah bersiap-siap untuk kembali ke Mekkah. 

 

Hudzaifah bin Al-Yaman menemui beliau dan mengabarkan niat mereka untuk kembali ke Mekkah. Keesokan harinya beliau mendapatkan musuh sudah diusir Allah dan hengkang dari tempatnya, tanpa membawa keuntungan apa-apa.

 

Cukuplah Allah yang memerangi mereka, memenuhi janji-Nya, memuliakan pasukan-Nya, menolong hamba-Nya, dan hanya menimpakan kekalahan kepada pasukan musuh. Setelah itu beliau kembali ke Madinah. 

 

Perang Ahzab tidak mengakibatkan kerugian, tetapi merupakan perang urat syaraf. Tidak ada pertempuran yang menyakitkan dalam peristiwa ini. Tetapi, dalam catatan sejarah Islam, ini merupakan peperangan yang sangat menegangkan, yang berakhir dengan pelecehan

di pihak pasukan musyrikin dan memberi kesan bahwa kekuatan sebesar apa pun yang ada di Arab tidak akan sanggup melumatkan kekuatan lebih kecil yang sedang mekar di Madinah.

 

Demikianlah artikel UMRAID tentang PERANG AHZAB - PERANG URAT SYARAF semoga bermanfaat bagi pembaca. UMRAID menyediakan perjalanan umroh dalam grup ataupun umroh privat yang dapat diatur sendiri. Selain umroh, UMRAID melayani perjalanan wisata halal dan haji khusus.

 

Selain dapat dikunjungi melelalui website UMRAID juga dapat dikunjungi dengan cara mengunduh aplikasi UMRAID di Android maupun iOS (Apple) disini atau hubungi Hotline.

 

Pembaca bisa bergabung bersama UMRAID untuk memulai bisnis pemasaran umroh dengan cara mudah dan pendapatan berlimpah. Pilihannya yakni mendaftar sebagai cabang dengan terlebih dulu mengisi permohonan disini atau hubungi hotline untuk mendapatkan bantuan. 

 

Atau bergabung dalam program Affiliator Marketing Program, cukup modal gawai sudah bisa jalankan bisnis umroh, klik disini lalu temukan produk UMRA.ID kemudian mulai pasarkan melalui chat messenger dan media sosial.