PERANG UHUD BAGIAN 1 - DENDAM MENDIDIH KAUM QURAISY MEKKAH
Perang Badar merupakan bentrokan bersenjata yang pertama dan peperangan yang sangat menentukan, dengan kemenangan mutlak di pihak kaum Muslimin, yang bisa disaksikan seluruh bangsa Arab.
Sementara itu, pihak orang-orang musyrik yang diunggulkan dalam peperangan ini justru harus menelan pil pahit dan kerugian yang besar. Kisah Perang Badar sendiri telah pernah UMRA.ID unggah sebagai sebuah artikel.
Mekkah terbakar oleh api kemarahan terhadap orang-orang Muslim atas kekalahan mereka di Perang Badar dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu.
Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan, karenanya Quraisy melarang semua penduduk Mekkah meratapi para korban di Badar dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan.
Hal ini bertujuan agar orang-orang Muslim tidak merasa di atas angin karena mengetahui kegundahan dan kesedihan hati mereka.
Setelah Perang Badar, semua orang Quraisy sepakat untuk melancarkan serangan habis-habisan terhadap kaum Muslimin agar kemarahan mereka bisa terobati dan dendam kesumat mereka bisa terbalaskan.
Mereka menggelar persiapan untuk terjun ke kancah peperangan serupa.
Di antara pemimpin Quraisy yang paling antusias mengadakan persiapan perang adalah Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah, Abu Sufyan bin Harb, dan Abdullah bin Abu Rabi'ah.
Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah mengumpulkan kembali barang dagangan yang telah diselamatkan oleh Abu Sufyan dan yang menjadi sebab pecahnya Perang Badar.
Mereka juga menghimbau kepada orang-orang yang banyak hartanya, "Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah membuat kalian ketakutan dan membunuh orang-orang terbaik diantara kalian, karena itu tolonglah kami dengan harta kalian. Siapa tahu kita bisa menuntu balas"
Setelah genap setahun, persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tidak kurang dari tiga ribu prajurit Quraisy bersatu dengan sekutu-sekun mereka dan kabilah- kabilah kecil.
Hewan pengangkut dalam pasukan Quraisy Mekkah ini sejumlah tiga ribu unta. Penunggang kudanya sebanyak dua ratus, yang disebar di sepanjang jalan yang dilaluinya. Pasukan yang dilengkapi dengan baju besi adalah tujuh ratus orang.
Komando tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harits, komandan pasukan penunggang kuda dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid, dengan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai asistennya.
Bendera perang sendiri diserahkan kepada Bani Abdud Dar. Setelah persiapan dirasa cukup, pasukan Mekkah bergerak menuju Madinah. Hati mereka bergolak karena dendam kesumat dan kebencian yang ditahan sekian lama, siap diledakkan.
Di sisi lain, mata-mata Nabi SAW Al-Abbas bin Abdul Muththalib yang masih menetap di Mekkah terus memata-matai setiap gerak-gerik orang Quraisy dan persiapan militer mereka.
Setelah pasukan berangkat, Al-Abbas mengirim surat kilat kepada
Nabi as yang berisi kabar secara rinci tentang pasukan Quraisy.
Utusan Al-Abbas segera pergi untuk menyampaikan surat tersebut dan mampu menempuh perjalanan Mekkah dan Madinah hanya dalam waktu tiga hari.
Dampak dari laporan ini, pasukan Muslim segera bersiap dengan strategi yang tepat. Dalam musyawarah, awalnya Muslim sepakat untuk bertahan di dalam Kota Madinah. Namun dinamika terjadi.
Apa yang akan dilakukan pasukan Muslim selanjutnya? (Bersambung)