Kembali

SERIAL SIROH UMRA.ID : PERISTIWA PENTING DI BULAN RAMADHAN - PENGANGKATAN KENABIAN DAN NUZULUL QUR'AN

Dipublikasikan pada 26 Mar 2024 02:35
https://api-uploads.umra.id/banner/5629cab6-14a2-4d0a-a106-c7e7d800f846.jpg

UMRA.ID, Jakarta - Assalamualaikum, kali ini UMRA.ID membagikan tulisan SERIAL SIROH UMRA.ID yaitu tentang PERISTIWA PENTING DI BULAN RAMADHAN - PENGANGKATAN KENABIAN DAN NUZULUL QUR'AN yang insya Allah sangat bermanfaat bagi pembaca. Dengan mempelajari bahan bacaan yang UMRA.ID bagikan ini, semoga pembaca mendapatkan manfaat yakni mempertebal pengetahuan Islam dan meningkatkan keimanan. Bagi pembaca yang belum maupun yang telah melaksanakan Umroh dan Haji dapat memetik hikmah dengan bertambahnya wawasan Islamnya. (Bagi yang ingin mengikuti tulisan bagian pertama, klik disini

 

 

 

DI GUA HIRA', JIBRIL TURUN MEMBAWA WAHYU 

 

Ketika usia Rasulullah ﷺ telah mendekati 40 tahun, beliau lebih senang mengasingkan diri. Itu beliau lakukan setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran beliau dan kaumnya. Dengan membawa roti dari gandum dan air, beliau pergi ke Gua Hira' di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira 2 mil dari kota Mekkah, suatu gua yang tidak terlalu besar, yang panjangnya 4 hasta, lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira' al-Hadid (hasta ukuran besi).

 

Keluarga beliau kadang-kadang menyertai ke sana. Selama bulan Ramadhan beliau berada di gua ini, dan tidak lupa memberikan makanan kepada setiap orang miskin yang juga datang kesana. Beliau Menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan tidak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan umatnya yang penuh dengan kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tidak pernah lepas dari takhayul. Sementara itu, di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas dan mempunyai batasan-batasan tertentu, yang bisa menghantarkan kepada keridhaan dan kepuasan hati beliau. 

 

Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu sisi dari ketentuan Allah Ta'ala atas diri beliau, sebagai langkah persiapan untuk menerima urusan besar yang sedang ditunggunya. Ruh manusia mana pun yang realitas kehidupannya akan disusupi suatu pengaruh dan dibawa ke arah lain, maka ruh itu harus dibuat kosong dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, dipisahkan dari berbagai kesibukan duniawi dan gejolak kehidupan serta kebisingan manusia yang membuatnya sibuk pada urusan kehidupan. 

 

Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Rasulullah ﷺ  untuk mengemban amanat yang besar, mengubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama 3 tahun bagi Rasulullah ﷺ sebelum membebaninya dengan risalah. Beliau pergi untuk mengasing diri ini selama jangka waktu sebulan, dengan disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang tersembunyi di balik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk berhubungan dengan kegaiban itu tatkala Allah telah mengizinkannya.

 

Tatkala usia beliau genap empat puluh tahun__yang merupakan awal usia kematangan, dan ada riwayat yang menyatakan bahwa pada usia inilah para Rasul diutus__tanda-tanda nubuwah (kenabian) sudah tampak dan mengemuka. Di antaranya, adanya sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada beliau, terjadinya ru'ya shadiqah (mimpi yang benar) yang datang berupa fajar Subuh yang menyingsing. Hal ini berlangsung hingga enam bulan__masa kenabian berlangsung selama 23 tahun__dan ru'ya shadiqah ini merupakan bagian dari empat puluh enam tanda kenabian. Ketika memasuki tahun ketiga dari pengasingan dirinya di Gua Hira', tepatnya di bulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmat-Nya dilimpahkan kepada penduduk bumi dengan memberikan kemuliaan kepada beliau, berupa pengangkatan sebagai Nabi dan menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al-Qur'an. (Fathul Bari, I/27)

 

Setelah melalui pengamatan dan perenungan terhadap beberapa bukti-bukti dan tanda-tanda akurat, dapat ditentukan persisnya pengangkatan tersebut, yaitu hari Senin, tanggal 21 malam bulan Ramadhan dan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya usia beliau saat itu 40 tahun 6 bulan 12 hari menurut penanggalan qamariyah dan sekitar 39 tahun 3 bulan 20 hari; ini menurut penanggalan syamsiyah.

 

Mari kita dengar sendiri Aisyah RA menuturkan kisahnya kepada kita mengenai peristiwa yang merupakan permulaan nubuwwah tersebut dan yang mulai membuka tabir-tabir gelapnya kekufuran dan kesesatan, sehingga dapat mengubah alur kehidupan dan meluruskan garis sejarah.

 

Aisyah RA berkata, "Wahyu yang mula pertama dialami oleh Rasulullah ﷺ adalah berupa ru'ya shalihah (mimpi yang benar) dalam tidur dan mimpi itu hanya berbentuk fajar Subuh yang menyingsing, kemudian beliau lebih menyenangi penyendirian dan melakukannya di Gua Hira'; beribadah di dalamnya beberapa malam sebelum dia kembali ke rumah keluarganya. 

 

Dalam melakukan itu, beliau mengambil bekal kemudian kembali ke Khadijah mengambil perbekalan yang sama hingga datang kebenaran kepadanya; yaitu saat beliau berada di gua Hira' tersebut, seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, “Bacalah!” Aku (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Aku tidak bisa membaca!” Beliau menuturkan, “Kemudian dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, “Bacalah!” Aku tetap menjawab “Aku tidak bisa membaca!”

 

“Dia memegangku dan merangkulku hingga aku merasa sesak. Kemudian melepaskanku, seraya berkata lagi, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

 

“Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkata:

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. (QS. Al-'Alaq:1-3). (Turunnya ayat hingga ayat ke-5) 

 

Rasulullah ﷺ pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam kondisi hati yang bergetar, dan menemui Khadijah binti Khuwailid sembari berucap, "Selimutilah aku, selimutilah aku!" maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak lagi menggigil layaknya terkena demam.

 

"Apa yang terjadi padaku?" beliau berkata kepada Khadijah. Beliau memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, “Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri.” 

 

Khadijah berkata, “Tidak demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu meringankan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.

 

Selanjutnya Khadijah binti Khuwailid membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani semasa Jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani seperti yang dikehendaki Allah. Dia sudah tua dan buta. 

 

Khadijah binti Khuwailid berkata kepada Waraqah, "Wahai putra pamanku, dengarkanlah kisah dari anak saudaramu (Rasulullah)."

 

Waraqah berkata kepada beliau, "Apa yang pernah engkau lihat, wahai putri saudaraku?" Rasulullah ﷺ; mengabarkan apa saja yang pernah dilihatnya.

 

Akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu.” 

 

Beliau bertanya. "Benarkah mereka akan mengusirku?"

 

"Benar. Tidak seorang pun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu dengan sungguh-sungguh." Waraqah pun meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu. (Shahih Al Bukhari, I/2-3)

 

Ath-Thabari dan Ibnu Hisyam meriwayatkan, yang intinya menjelaskan bahwa beliau pergi meninggalkan Gua Hira' setelah mendapat wahyu, lalu menemui istri beliau dan pulang ke Mekkah. 

 

Sesampainya di rumah aku langsung duduk di atas paha Khadijah sambil bersandar kepadanya, Khadijah berkata, "Wahai Abul Qasim, kemana saja engkau tadi? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa orang untuk mencarimu hingga mereka sampai di Mekkah, namun kembali lagi tanpa hasil." 

Kemudian aku memberitahukan apa yang telah aku lihat.

Dia berkata, "Bergembiralah, wahai anak pamanku, dan teguhkanlah hatimu. Demi diri Khadijah yang ada di Tangan-Nya, aku benar-benar sangat berharap engkau menjadi Nabi umat ini." (Ibnu Hisyam, I/237-238)

 

Setelah itu Khadijah beranjak pergi untuk menemui Waraqah dan mengabarkan kepadanya. Waraqah berkata,” Maha Suci, Maha Suci. Demi diri Waraqah yang ada di Tangan-Nya, Namus Yang Besar, yang pernah datang kepada Musa, kini telah datang kepadanya. Dia adalah benar-benar nabi umat ini. Katakanlah kepadanya agar dia berteguh hati.” 

 

Khadijah pulang lalu mengabarkan apa yang dikatakan Waraqah kepadanya. Tatkala Rasulullah ﷺ meninggalkan istrinya dan pergi ke Mekkah, beliau bertemu Waraqah. Setelah mendengar penuturan langsung dari beliau, Waraqah berkata, "Demi diriku yang ada di Tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi umat ini. Namus yang besar telah datang kepadamu, seperti yang pernah datang kepada Musa." (Ibnu Hisyam, I/238)

 

 

Demikianlah artikel UMRAID tentang PENGANGKATAN KENABIAN DAN NUZULUL QUR'AN  semoga bermanfaat bagi pembaca. UMRAID menyediakan perjalanan umroh dalam grup ataupun umroh privat yang dapat diatur sendiri. Selain umroh, UMRAID melayani perjalanan wisata halal dan haji khusus. 

 

Selain dapat dikunjungi melelalui website UMRAID juga dapat dikunjungi dengan cara mengunduh aplikasi UMRAID di Android maupun iOS (Apple) disini  atau hubungi Hotline 

 

Pembaca bisa bergabung bersama UMRAID untuk memulai bisnis pemasaran umroh dengan cara mudah dan pendapatan berlimpah. Pilihannya yakni mendaftar sebagai cabang dengan terlebih dulu mengisi permohonan disini  atau hubungi hotline  untuk mendapatkan bantuan. 

 

Atau bergabung dalam program Affiliator Marketing Program, cukup modal gawai sudah bisa jalankan bisnis umroh, klik disini lalu temukan produk UMRA.ID kemudian mulai pasarkan melalui chat messenger dan media sosial.