UMRA.ID, Jakarta - Assalamualaikum, kali ini UMRA.ID membagikan tulisan SERIAL SIROH UMRA.ID yaitu tentang KEHIDUPAN DI MADINAH (3) - RASULULLAH MEMBANGUN MASJID NABAWI yang insya Allah sangat bermanfaat bagi pembaca. Dengan mempelajari bahan bacaan yang UMRA.ID bagikan ini, semoga pembaca mendapatkan manfaat yakni mempertebal pengetahuan Islam dan meningkatkan keimanan. Bagi pembaca yang belum maupun yang telah melaksanakan Umroh dan Haji dapat memetik hikmah dengan bertambahnya wawasan Islamnya. (Bagi yang ingin mengikuti tulisan bagian pertama, klik disini) https://umra.id/news/435
MEMBANGUN MASJID NABAWI
Rasulullah ﷺ singgah di Bani An-Najjar pada Jumat 12 Rabiul Awwal 1 H (27 September 622 M). Ketika unta yang beliau tunggangi berhenti dan menderum di pekarangan di depan rumah Abu Ayyub, beliau bersabda, "Di sinilah tempat tinggal, insyaAllah.", maka
beliau menetap di rumahnya.
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ﷺ adalah
membangun masjid. Tepat ditempat menderumnya unta itulah,
beliau memerintahkan untuk membangun masjid. Karena itu, beliau membeli tanah tersebut
dari dua anak yatim yang menjadi pemiliknya. Beliau terjun langsung
dalam pembangunan masjid itu, memindahkan bata dan bebatuan,
seraya bersabda, "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecul
kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin."
Beliau juga bersabda, "Para pekerja ini bukanlah para pekerja Khaibar. Ini adalah pemilik yang paling baik dan paling suci." Sabda beliau ini semakin memompa semangat para sahabat dalam bekerja, hingga salah seorang di antara mereka berkata, "Jika kita duduk saja sedangkan Rasulullah bekerja, itu adalah tindakan orang yang tersesat."
Sementara di tempat tersebut ada kuburan orang-orang musyrik, puing
puing reruntuhan bangunan, pohon kurma, dan sebuah pohon yang lain.
Rasulullah ﷺ pun memerintahkan agar kuburan-kuburan itu dibongkar,
puing-puing bangunan diratakan, dan pepohonan ditebang.
Beliau juga menetapkan arah kiblat masjid yang saat dibangun masih
menghadap ke arah Baitul Maqdis. Dua pinggiran pintu masjid terbuat dari batu, dindingnya dari batu bata yang disusun dengan lumpur
tanah, atapnya dari daun kurma, tiangnya dari batang pohon. Lantainya dibuat menghampar dari pasir dan kerikil-kerikil kecil, dan pintunya ada tiga.
Panjang bangunannya ke arah kiblat hingga ke ujungnya adalah
seratus hasta dan lebarnya hampir sama. Fondasinya kurang lebih tiga
hasta. Beliau juga membangun beberapa rumah di sisi masjid. Dinding rumah tersebut dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun kurma yang disangga beberapa batang pohon. Itulah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya selesai, beliau pindah dari rumah Abu Ayyub ke
rumah tersebut. (Shahih Al-Bukhari, I/71,555,561)
Masjid bukan hanya berfungsi sebagai empat melaksanakan
shalat semata, melainkan juga merupakan tempat pendidikan bagi
kaum Muslimin untuk menerima pengajaran Islam dan bimbingan-bimbingannya. Masjid tersebut juga berfungsi sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kabilah dan sisa-sisa pengaruh perselisihan pada masa Jahiliyah. Selain itu juga sebagai tempat
untuk mengatur segala uruşan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
Di samping semua itu, masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak mempunyai kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
Pada masa-masa awal hijrah itu juga disyariatkan adzan, sebuah
seruan yang menggema di angkasa, lima kali setiap harinya. Suaranya memenuhi seluruh pelosok. Kisah mimpi Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbih tentang adzan ini sudah cukup terkenal, sebagaimana yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Khuzaimah.
Dari Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbih radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Waktu saya tidur (saya bermimpi) ada seseorang mengelilingi saya seraya berkata, ‘Ucapkanlah ‘Allahu akbar, Allahu akbar’ lalu ia mengucapkan takbir empat kali tanpa pengulangan dan mengucapkan iqamah sekali kecuali ‘Qad qaamatish sholaah’.”
Ia berkata, “Ketika telah Shubuh, aku menghadap Rasulullah ﷺ lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar’.” (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Daud. Hadits ini sahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah).
Demikianlah artikel UMRAID tentang KEHIDUPAN DI MADINAH (3) - RASULULLAH MEMBANGUN MASJID NABAWI semoga bermanfaat bagi pembaca. UMRAID menyediakan perjalanan umroh dalam grup ataupun umroh privat yang dapat diatur sendiri. Selain umroh, UMRAID melayani perjalanan wisata halal dan haji khusus.
Selain dapat dikunjungi melelalui website UMRAID juga dapat dikunjungi dengan cara mengunduh aplikasi UMRAID di Android maupun iOS (Apple) disini atau hubungi Hotline.
Pembaca bisa bergabung bersama UMRAID untuk memulai bisnis pemasaran umroh dengan cara mudah dan pendapatan berlimpah. Pilihannya yakni mendaftar sebagai cabang dengan terlebih dulu mengisi permohonan disini atau hubungi hotline untuk mendapatkan bantuan.
Atau bergabung dalam program Affiliator Marketing Program, cukup modal gawai sudah bisa jalankan bisnis umroh, klik disini lalu temukan produk UMRA.ID kemudian mulai pasarkan melalui chat messenger dan media sosial.