Kembali

SERIAL SIROH UMRA.ID : PERANG DENGAN YAHUDI BANI NADHIR (1)

Dipublikasikan pada 09 May 2024 01:34
https://api-uploads.umra.id/banner/2c933863-428d-4394-9c50-1d3e9438dbb8.jpg

UMRA.ID, Jakarta - Assalamualaikum, kali ini UMRA.ID membagikan tulisan SERIAL SIROH UMRA.ID yaitu tentang PERANG DENGAN YAHUDI BANI NADHIR (1) yang insya Allah sangat bermanfaat bagi pembaca. Dengan mempelajari bahan bacaan yang UMRA.ID bagikan ini, semoga pembaca mendapatkan manfaat yakni mempertebal pengetahuan Islam dan meningkatkan keimanan. Bagi pembaca yang belum maupun yang telah melaksanakan Umroh dan Haji dapat memetik hikmah dengan bertambahnya wawasan Islamnya. (Bagi yang ingin mengikuti tulisan bagian sebelumnya, klik disini

 

Perang dengan Yahudi Bani Nadhir

 

Orang Yahudi sangat benci terhadap Islam dan kaum Muslimin. Hanya saja mereka bukan termasuk orang-orang yang bisa berperang dan mengangkat senjata. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang suka berkhianat dan bersekongkol. Mereka menampakkan kedengkian dan permusuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk mengganggu kaum Muslimin tanpa harus berperang dengan mereka. Meskipun sudah ada perjanjian di antara mereka dan kaum Muslimin dan sebelumnya telah terjadi perang Bani Qainuqa dan terbunuhnya Ka'ab bin Al-Asyraf, mereka selalu dicekam ketakutan dan lebih memilih diam.

 

Tetapi, setelah Perang Uhud mereka mulai lancang. Mereka kini berani menampakkan permusuhan dan pengkhianatan, aktif menjalin hubungan dengan orang-orang munafik dan orang-orang musyrik Mekkah secara diam-diam, serta berbuat apa pun yang diperkirakan menguntungkan mereka dalam melancarkan perlawanan terhadap kaum Muslimin. Nabi ﷺ masih bersabar menghadapi ulah mereka ini, yang justru semakin bertambah berani setelah tragedi Ar-Raji' dan Bir Ma'unah. Bahkan mereka melakukan konspirasi yang tujuannya untuk membunuh beliau.

 

Konspirasi tersebut terjadi saat beliau pergi mendatangi mereka bersama beberapa sahabat, agar mereka mau membantu membayar tebusan bagi dua orang dari Bani Amir yang dibunuh Amr bin Umayyah Adh-Dhamri di tengah perjalanannya setelah tragedi Bi'r Ma'unah ke Madinah. Cara pembayaran tebusan ini sesuai dengan butir perjanjian yang sudah disepakati bersama. Orang-orang Yahudi Bani Nadhir mengatakan, "Kami akan membantu, wahai Abul Qasim. Sekarang duduklah di situ, biar kami menyiapkan kebutuhanmu.

 

Beliau duduk di pinggir tembok salah satu rumah milik mereka, menunggu janji yang hendak mereka penuhi. Di samping beliau ada Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa sahabat yang lain. Orang-orang Yahudi saling kasak-kusuk dan berunding. Setan membisikkan kemalangan yang telah ditetapkan bagi orang-orang Yahudi tersebut. Mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah ﷺ di tempat itu. Mereka berkata "Siapakah di antara kalian yang berani mengambil batu penggiling ini, lalu naik ke atas rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad hingga remuk?"

 

"Aku," jawab Amr bin Jahsy, orang yang malang di antara mereka. 

 

"Jangan lakukan itu!" kata Salam bin Misykan. "Demi Allah, Muhammad pasti akan diberitahu tentang apa yang hendak kalian lakukan, di samping hal ini merupakan pelanggaran perjanjian antara kita dan dia," tambahnya. Tetapi, mereka tetap bersikukuh untuk melaksanakan rencana itu.

 

Jibril turun dari sisi Allah kepada Rasulullah ﷺ memberitahukan rencana mereka. Seketika itu pula beliau bangkit dari duduknya dan pulang ke Madinah, tanpa memberitahukan para sahabat yang ikut bersama beliau. Setelah menunggu cukup lama, mereka menyusul pulang ke Madinah dan berkata kepada beliau, "Tiba-tiba saja engkau pergi dan kami tidak merasa ada sesuatu pada dirimu." Lalu beliau memberitahukan rencana jahat orang-orang Yahudi tersebut.

 

Rasulullah ﷺ langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk menemui Bani Nadhir dan mengatakan kepada mereka, "Tinggalkanlah Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi tempo sepuluh hari. Siapa yang masih kutemui setelah itu, maka akan kupenggal lehernya.

 

Tidak ada pilihan bagi orang-orang Yahudi Bani Nadhir selain pergi meninggalkan Madinah. Mereka sudah menyiapkan segala-galanya untuk meninggalkan Madinah. Tapi pemimpin orang-orang munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul mengirim utusan untuk menemui mereka. Pesannya adalah: "Kuatkan hati kalian, bertahanlah dan jangan tinggalkan rumah kalian karena aku mempunyai dua ribu orang yang siap bergabung bersama kalian di benteng kalian. Mereka siap mati demi membela kalian (seperti disebutkan di dalam Al-Qur'an: Jika kalian diusir, kami juga akan pergi bersama kalian dan sekali-kali kami tidak akan patuh kepada seseorang untuk menyusahkan kalian, dan jika kalian diperangi pasti kami akan membantu kalian). Orang-orang Quraizhah dan sekutu kalian dari Ghathafan tentu juga akan mengulurkan bantuan kepada kalian.”

 

Kepercayaan diri orang-orang Yahudi Bani Nadhir bangkit lagi karena janji dukungan tersebut. Mereka sepakat untuk melakukan perlawanan. Pemimpin mereka, Huyai bin Akhthab sangat bersemangat dalam menanggapi perkataan Abdullah bin Ubay itu. Dia mengirim utusan kepada Nabi untuk mengatakan, "Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami. Berbuatlah menurut kehendakmu!"

 

Pernyataan sikap tersebut tentu saja menjadi pekerjaan baru bagi kaum Muslimin. Kenekatan orang-orang Yahudi Bani Nadhir untuk melakukan perlawanan pada saat-saat yang sangat rawan dalam sejarah kaum Muslimin seperti ini, bisa membawa akibat yang kurang menguntungkan. Anda telah mengetahui bagaimana sikap bangsa Arab terhadap mereka. Di samping itu, Bani Nadhir juga mempunyai kekuatan yang bisa diandalkan dan tidak mudah bagi mereka untuk menyerah begitu saja. Dengan pertimbangan seperti ini, sangat riskan jika diharuskan berperang. 

 

Hanya saja, situasi setelah dan sebelum tragedi Bi'r Ma'unah, mendorong kaum Muslimin untuk bersikap lebih waspada terhadap kejahatan pengkhianatan yang dilakukan individu atau golongan tertentu, namun, sekaligus menambah dendam mereka untuk melibas siapapun yang melakukan pengkhianatan. Maka tidak heran jika kaum Muslimin sepakat untuk menyerang Bani Nadhir, setelah diketahui mereka hendak membunuh Nabi ﷺ, sekalipun niat mereka itu gagal. Setelah Rasulullah ﷺ mengetahui reaksi Huyai bin Akhthab, beliau bertakbir bersama para sahabat, lalu bangkit untuk menyerang orang-orang Yahudi Bani Nadhir.

 

 

Demikianlah artikel UMRAID tentang PERANG DENGAN YAHUDI BANI NADHIR (1) semoga bermanfaat bagi pembaca. UMRAID menyediakan perjalanan umroh dalam grup ataupun umroh privat yang dapat diatur sendiri. Selain umroh, UMRAID melayani perjalanan wisata halal dan haji khusus. 

 

Selain dapat dikunjungi melelalui website UMRAID juga dapat dikunjungi dengan cara mengunduh aplikasi UMRAID di Android maupun iOS (Apple) disini  atau hubungi Hotline  

 

Pembaca bisa bergabung bersama UMRAID untuk memulai bisnis pemasaran umroh dengan cara mudah dan pendapatan berlimpah. Pilihannya yakni mendaftar sebagai cabang dengan terlebih dulu mengisi permohonan disini   atau hubungi hotline   untuk mendapatkan bantuan. 

 

Atau bergabung dalam program Affiliator Marketing Program, cukup modal gawai sudah bisa jalankan bisnis umroh, klik disini lalu temukan produk UMRA.ID kemudian mulai pasarkan melalui chat messenger dan media sosial.